Terletak di Jl. Ngringinan, Palbapang, Kec. Bantul, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, secara geografis terletak di pinggir jalur jalan raya Yogyakarta – Pantai Samas, tepatnya 15 km arah selatan kota Yogyakarta. Desa Wisata Ngringinan ini diresmikan pada tanggal 22 Februari 2017 serta dikelola oleh Bapak Windu Kuntoro beserta masyarakat.
Di Desa Wisata
Ngringinan kita bisa menjelajahi Bantul dari sisi yang berbeda dan menelusuri
jejak Bantul di masa penjajahan Belanda salah satunya, Museum Bantul Masa
Belanda yang menyimpan banyak benda, foto, dan film dokumenter tentang
beberapa peninggalan Belanda di akhir tahun 1800-an dan di awal tahun 1900-an
di Bantul dan sekitarnya.
Terdapat kurang
lebih 30 homestay yang tersedia di Desa Wisata Ngringinan. Homestay ini
sebagai bagian pelayanan kami untuk menyediakan tempat beristirahat yang nyaman
dan representatif sekaligus tempat berinteraksi dengan warga masyarakat sekitar
sehingga wisatawan bisa merasakan suasana hidup di pedesaan yang sesungguhnya.
Selain itu disini terdapat berbagai paket perjalanan wisata menarik seperti
mengunjungi Gereja Ganjuran, berkeliling desa, aktivitas pertanian, cooking
class, dll.
Ketika saya dan
teman- teman D3 Kepariwisataan UGM berkunjung kesana, selepas sambutan oleh
Bapak Windu selaku pengelola Desa Wisata Ngringinan kami kemudian diajak
berkeliling menuju Gereja Hati Kudus Yesus yang merupakan gereja Katolik di Ganjuran, Bantul, ndonesia. ,
Gereja ini juga dikenal dengan nama Gereja
Ganjuran, berdasarkan tempat letaknya. Gereja ini merupakan gereja tertua
di Bantul. selama berjalan menuju gereja kami disuguhi pemandangan
pedesaan dan keramah- tamahan warga setempat. Gereja
ini cukup unik karena disini terdapat pula candi yang digunakan untuk beribadah
umat Katolik, Gedung gereja dibuat dengan gaya joglo dan dihiasi
dengan ukiran gaya Jawa yang menutupi 600 meter per segi. Ini termasuk
ukiran nanas dari kayu serta ukiran berbentuk jajar genjang yang
disebut wajikan. Altarnya dihiasi dengan malaikat yang
berbusana tokoh wayang orang. Karena gaya arsitektur ini, ilmuwan
Belanda M. C. Ricklefs menyatakan bahwa gereja di Ganjuran mungkin
merupakan manifestasi penyesuaian gereja Katolik di Jawa yang paling menonjol.
Selain itu pada Jumat Pertama atau Misa Gereja ini dikunjungi kurang lebih 2000
orang dari berbagai agama, selain mencari ketenangan jugasebagai bentuk
Harmonisasi membangun hubungan lintas budaya. Serta yang perlu diketahui di
gereja Ganjuran ini dikunjungi sebagai tempat wisata oleh masyarakat umum tidak
hanya dari umat Katolik saja, seperti tempat untuk mengetahui sejarah ketika
masa Belanda dahulu ataupun untuk penelitian akademisi.
Di Desa Wisata Ngringinan ini juga terdapat sentra pembuatan madumongso, Madu Mongso adalah makan ringan yang terbuat dari ketan hitam. Memiliki rasa manis legit dan sedikit asam karena ketan hitam diolah dahulu menjadi tape. Setelahnya bahan tersebut diolah lagi dengan ditambahkan gula, santan, dan dimasak hingga menjadi dodol/jenang.
Di Desa Wisata Ngringinan ini juga terdapat sentra pembuatan madumongso, Madu Mongso adalah makan ringan yang terbuat dari ketan hitam. Memiliki rasa manis legit dan sedikit asam karena ketan hitam diolah dahulu menjadi tape. Setelahnya bahan tersebut diolah lagi dengan ditambahkan gula, santan, dan dimasak hingga menjadi dodol/jenang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar